Penanganan
Cedera Olahraga
Menurut
dr. Sapto Adji Hardjosworo SpOT (Sport
Clinic, Bintaro International Hospital) Cedera pada saat melakukan olah
raga memang kerap terjadi ketika seseorang tidak melakukan tahapan olah raga
yang benar. Sering terjadi pula karena melakukan olah raga yang memang
mengandung resiko, seperti bela diri, panjat tebing, dan lain-lain. Paling
sering terjadi juga lantaran tidak menggunakan peralatan keamanan yang lengkap
atau setting peralatan olah raga yang tidak benar. Metode pertolongan pertama
yang bisa dilakukan adalah metode RICE. Pertama, rest, lutut diistirahatkan
dengan tidak digunakan untuk berjalan dahulu sampai bengkak hilang. Kedua, ice.
Lakukan kompres dengan es atau air dingin untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
Berikutnya, compression. Lakukan balutan dengan compression bandage (elastic
verband) untuk mengurangi bengkak. Terakhir, elevation, yaitu berbaring dengan
tungkai ditinggikan untuk mengurangi bengkak Cedera olah raga yang kerapkali
terjadi adalah pada anterior cruciate ligament (ACL). Ini adalah jaringan pada
sendi lutut yang menghubungkan tulang tibia (tungkai bawah) dengan tulang femur
(paha). Mencegah terjadinya pergeseran tulang tibia sewaktu kita beraktivitas.
Ligamen ini sangat kuat dan terletak pada bagian tengah sendi lutut dan
menyilang di bagian depan. Fungsinya untuk menstabilkan sendi lutut pada
gerakan translasi (gerakan depan dan belakang) dan rotasi (gerakan berputar).
Anterior cruciate ligament (ACL) sering mengalami cedera pada olahraga lari,
lompat dengan gerakan berputar (pivot) dan berbelok yang tiba-tiba pada lutut,
seperti sepakbola, voli, atau basket. Anterior cruciate ligament (ACL) juga
dapat mengalami cedera pada waktu jatuh dengan tungkai bawah (tibia) terdorong
ke belakang terhadap tulang paha (femur), seperti pada waktu jatuh akibat
tackle pada sepak bola dan kecelakaan lalu lintas. Sebab lain adalah lompatan
dengan lutut lurus yang berlebihan (hiperekstensi). Derajat kerusakan ACL ini
tergantung posisi lutut, arah dan besar kekuatan benturan pada lutut waktu
cedera. Cedera pada ACL sering terjadi pada usia antara 15-25, terutama yang
aktif berolah raga dan lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.
Operasi Rekonstruksi
Gejala
awal adalah nyeri langsung saat cedera disertai suara dari lutut akibat
putusnya ligamen dan timbul bengkak yang terjadi beberapa waktu setelah cedera.
Setelah nyeri dan bengkak berkurang, lutut terasa tidak stabil dan terasa
seakan-akan lutut lepas. Pasien merasa berjalan melayang, seperti menggunakan
sepatu roda karena perasaan tidak stabil pada lutut. Tujuan pengobatan awal adalah
untuk mengurangi nyeri dan bengkak yang terjadi. Selanjutnya, kembali
menguatkan gerakan lutut dan kekuatan otot lutut. Walaupun tindakan operasi
nantinya akan dilakukan, pengobatan awal ini sangat penting untuk mengurangi
komplikasi yang mungkin timbul setelah operasi. Kerusakan ACL hanya dapat
diperbaiki dengan menggantinya, yaitu menggunakan tendon yang berasal dari
bagian lain tubuh. Akan dilakukan rekonstruksi dengan operasi terbuka atau
dengan minimal invasif. Operasi minimal invasif lebih baik dari operasi terbuka
karena tidak perlu waktu lama, mengurangi resiko infeksi, waktu penyembuhan
cepat, dan hasilnya maksimal. Proses pemulihan minimal invasif dari cedera
otot, memakan waktu hanya 3-6 bulan. Jika dilakukan dengan operasi terbuka,
bisa lebih dari 6 bulan. Dari perspektif fungsional, banyak atlet yang pernah
cedera ACL dan telah dilakukan operasi rekonstruksi serta rehabilitasi, telah
mampu beraktivitas normal seperti biasa. Atlet amatir sekalipun dapat kembali
melakukan olah raga seperti sedia kala. Namun, untuk menghindari terjadinya
cedera ketika berolah raga, sebaiknya pilihlah olah raga yang sesuai dengan
kondisi tubuh, baik dari sisi umur atau penyakit yang diderita. Lantas,
persiapkan diri dengan peralatan olah raga yang benar dan lengkap serta
lakukanlah fase-fase aktivitas olah raga dengan benar, mulai dari pemanasan,
olah raga inti, sampai cooling down.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar