BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan jasmani pada hakikatnya
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional. Hingga sekarang ini masih sering timbul keraguan berbagai kalangan
terhadap peran dan fungsi Pendidikan Jasmani terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak serta sebagai pembentuk prestasi anak didik di Sekolah Dasar
, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut tentu sangat
mengusik pikiran kita yang sehari hari bergelut dengan Pendidikan Jasmani. Bagi
kita sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga adalah dunia yang
tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bahkan sebagian hidup kita diabdikan
untuk Pendidikan Jasmani.
Pendidikan Jasmani adalah merupakan
bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan
aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berpikir kritis,
ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola
hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih. melalui
aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional. Pendidikan
Jasmani selain menjadi bagian integral dari proses pendidikan secara
keseluruhan, mata pelajaran ini juga mempunyai peran unik dibandingkan dengan
mata pelajaran lainnya. Karena selain dapat digunakan untuk pengembangan aspek
fisik dan psikomotor, juga ikut berperan dalam pengembangan aspek kognitif dan
afektif secara serasi dan seimbang. Olahraga juga memberika mafaat bagi yang
melakukannya. Selain tubuhnya menjadi sehat dan kuat, olah raga dapat pula
dijadikan sebagai ajang untuk berprestasi serta sebagai profesi hidup. Saat ini
banyak atlet profesional yang mendedikasikan hidupnya pada salah satu jenis
olahraga seperti tenis, tinju dan sepakbola.
Dengan keuletan, ketekunan, dan
kemauan, bayak olahragawan berhasil mencapai prestasi yang membanggakan.
Olahraga juga merupakan cara yang baik untuk mempererat persahabatan antar
bangsa, misalnya melalui pertandingan olahraga antar bangsa. Sering kali Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah Dasar sering kali
di abaikan karena dianggap sebagai pelajaran tambahan. Padahal manfaatnya
penting bagi tubuh, selain itu sebagai penunjang prestasi olahraga
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pendidikan jasmani?
2.
Apa Hubungan
Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga?
3. Apa hubungan Pendidikan Jasmani dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Didik?
4. Apa Peran sekolah dalam
menumbuhkan bakat siswa?
5. Apa saja Metode Pengenalan Bakat?
6. Apa Tahapan pengenalan bakat anak SD?
7. Bagaimana sistem pembinaan prestasi
olahraga?
8.
Bagaiman Meningkatkan Prestasi Olahraga Disekolah Dasar?
C. Tujuan
1. Mengetahui pendidikan jasmani
2. Mengetahui Hubungan Pendidikan Jasmani dengan
Bermain dan Olahraga
3. Mengetahui hubungan Pendidikan dengan Pertumbuhan
dan Perkembangan Anak Didik
4. Mengetahui Peran sekolah dalam menumbuhkan bakat siswa
5. Mengetahui Metode Pengenalan Bakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. OLAHRAGA
DISEKOLAH
1.
Pendidikan Jasmani
Pendidikan
jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam
hal fisik, mental, serta emosional.
Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada
hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian
yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih
khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah
pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan
jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan
dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak
ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan
dengan perkembangan total manusia.
Pendidikan
jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama,
yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan
alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan
bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan
dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya
pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi
aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak
langsung. Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya
terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas
tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita
harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih
abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan
tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan
holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain
kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan
Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang
baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik
‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno yaitu Men sana in corporesano.
2.
Hubungan
Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga
Dalam memahami arti pendidikan
jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan
olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering
digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu
para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani
secara lebih konseptual. Bermain pada
intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan
bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun
bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga
dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam
keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu
bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli
memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi,
yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi,
pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga
melibatkan aktivitas kompetitif. Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai
aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu
sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki
beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik
tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut,
dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan
berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat. Di atas semua
pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat
mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu,
olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya
pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya
semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen
baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu
saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana
dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang
memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam
aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku
bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses
kependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan
jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara
pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan.
Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan,
seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya,
olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak
punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga.
Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan
kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya.
Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya
dapat dan harus beriringan bersama.
3. Hubungan Pendidikan
Jasmani dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Didik
Untuk memahami hubungan timbal balik
antara Pendidikan Jasmani dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik
terdapat dua asumsi yang melandasinya, yaitu:
1. salah satu
tujuan Pendidikan Jasmani adalah mengarahkan anak didik pada pertumbuhan dan
perkembangan anak yang harmonis. Melalui aktivitas gerak yang mempunyai
sentuhan didaktik dan metodik dari guru mata pelajatran Pendidikan Jasmani,
anak didik diarahkan pada pertumbuhan dan perkembangan yang selaras, seimbang
dan harmonis. Oleh sebab itu guru Pendidikan Jasmani harus berusaha untuk
mengaktualisasikan program pengajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak didik.
2. pertumbuhan
dan perkembangan anak didik menjadi materi pembelajaran Pendidikan Jasmani di
SD. Dalam proses pembelajarannya, perkembangan gerak menjadi acuan dalam
pengembangan program Pendidikan Jasmani. Dengan aktivitas gerak pilihan sesuai
dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan gerak, diharapkan dapat
mengantarkan mereka pada pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis.
Terkait dengan hal tersebut, guru mata pelajaran
Pendidikan Jasmani hendaknya memahami prinsip pertumbuhan dan perkembangan anak
didik sebagai berikut:
1. Pertumbuhan
dan perkembangan terjadi secara terus menerus, sejak seseorang
dalam bentuk janin sampai batas usia tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut maka pertumbuhan dan perkembangan yang tampak saat ini merupakan kelanjutan dari pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya. Hal tersebut memberikan implikasi terhadap penyusunan program Pendidikan Jasmani. Penyusunan program Pendidikan Jasmani pada masing-masing tingkat pendidikan hendaknya merupakan satu kesatuan yang berkesinambungan. Pendidikan Jasmani pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA} hedaknya merupakan kelanjutan dari Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar.
dalam bentuk janin sampai batas usia tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut maka pertumbuhan dan perkembangan yang tampak saat ini merupakan kelanjutan dari pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya. Hal tersebut memberikan implikasi terhadap penyusunan program Pendidikan Jasmani. Penyusunan program Pendidikan Jasmani pada masing-masing tingkat pendidikan hendaknya merupakan satu kesatuan yang berkesinambungan. Pendidikan Jasmani pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA} hedaknya merupakan kelanjutan dari Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar.
2. Pada
perjalanan usia anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
yang berbeda. Tiap tahap perkembangan memiliki karakteristik yang berbeda. Program Pendidikan Jasmani yang efektif adalah program yang memperhatikan dan mempertimbangkan dengan seksama pertumbuhan dan perkembangan anak.
yang berbeda. Tiap tahap perkembangan memiliki karakteristik yang berbeda. Program Pendidikan Jasmani yang efektif adalah program yang memperhatikan dan mempertimbangkan dengan seksama pertumbuhan dan perkembangan anak.
3. Tiap
individu memiliki karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut mempunyai implikasi terhadap penyusunan program Pendidikan Jasmani. Program Pendidikan Jasmani yang efektif adalah program yang disusun secara individualistik. Artinya program yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu. Tetapi pembuatan program itu sangat sulit untuk dilakukan paling tidak program disusun berdasarkan kebutuhan kelompok, misalnya kelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
Disamping itu guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar harus memahami dan mendalami tahap-tahap perkembangan gerak. Perkembangan gerak merujuk pada kebutuhan individual dan lingkungan. Faktor individual secara spesifik berhubungan dengan keadaan internal yang secara khusus oleh tiap anak. Tiap anak memiliki faktor individual yang berbeda. Kemudian, faktor lingkungan berhubungan dengan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan individu.
Setiap individu akan mengalami tahap perkembangan yang berbeda-beda Perkembangan gerak dasar secara kritis berkembang pada usia 2 sampai 7 tahun. Namun demikian antara rentang usia 2 sampai 7 tahun terjadi 3 tahap perkembangan yang merupakan sub perkembangan gerak dasar, yaitu: (1)Tahap pengenalan, (2) Tahap dasar, (3)Tahap kematangan. Tahap-tahap perkembangan tersebut member pengaruh terhadap pengembangan program pembelajaran Pendidikan Jasmani.
berbeda-beda. Perbedaan tersebut mempunyai implikasi terhadap penyusunan program Pendidikan Jasmani. Program Pendidikan Jasmani yang efektif adalah program yang disusun secara individualistik. Artinya program yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu. Tetapi pembuatan program itu sangat sulit untuk dilakukan paling tidak program disusun berdasarkan kebutuhan kelompok, misalnya kelompok siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
Disamping itu guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar harus memahami dan mendalami tahap-tahap perkembangan gerak. Perkembangan gerak merujuk pada kebutuhan individual dan lingkungan. Faktor individual secara spesifik berhubungan dengan keadaan internal yang secara khusus oleh tiap anak. Tiap anak memiliki faktor individual yang berbeda. Kemudian, faktor lingkungan berhubungan dengan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan individu.
Setiap individu akan mengalami tahap perkembangan yang berbeda-beda Perkembangan gerak dasar secara kritis berkembang pada usia 2 sampai 7 tahun. Namun demikian antara rentang usia 2 sampai 7 tahun terjadi 3 tahap perkembangan yang merupakan sub perkembangan gerak dasar, yaitu: (1)Tahap pengenalan, (2) Tahap dasar, (3)Tahap kematangan. Tahap-tahap perkembangan tersebut member pengaruh terhadap pengembangan program pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Selanjutnya pada usia 7 sampai 14 tahun terjadi
perkembangan gerak spesialisasi. Dalam tahap – tahap usia tersebut terjadi sub
perkembangan gerak sebagai berikut :
Ø Tahap
transisi dari gerak dasar ke gerak aplikasi
Ø Tahap
aplikasi gerak pada bentuk-bentuk keterampilan yang spesialisasi dan menuntut
kualitas koordinasi yang lebih baik
Ø Tahap
pemanfaatan pada berbagai kegiatan yang menumbuhkan keterampilan gerak dengan kualitas
koordinasi yang baik.
Sehubungan dengan hal tersebut,
dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga diharapkan dapat
mengarahkan anak didik kearah perkembangan gerak sesuai dengan tahap
perkembangan yang sedang dialami oleh anak. Dengan harapan, pada akhir tahap
perkembangan gerak anak dapat memiliki seperangkat keterampilan yang dapat
membekali memasuki dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
4. Peran sekolah dalam menumbuhkan bakat siswa
Pertama, salah satu tujuan
Pendidikan Jasmani adalah meningkatkan dan mengembangkan berbagai fungsi
keterampilan gerak dasar dan kemampuan jasmani. Pengembangan keterampilan gerak
dasar dan kemampuan jasmani yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan secara multilateral sesuai usia anak didik dapat menjadi landasan
bagi pengembangan keterampilan gerak olahraga. Keterampilan gerak olahraga
merupakan gerak yang kompleks-multipleks sehingga untuk itu dibutuhkan
kemampuan gerak yang prima.
Kedua, talenta olahraga tidak
dimiliki oleh semua anak, tetapi sebagian kecil saja. Untuk mengembangkan
talenta tersebut dibutuhkan perhatian dan pengorganisasian yang melibatkan
berbagai intansi. Di sekolah selain kegiatan intrakurikuler juga terdapat
kegiatan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan ekstrakurikulerlah anak didik mendapat
sentuhan awal. Jika kegiatan ekstrakurikuler ini dikelola dengan manajemen yang
baik maka akan melahirkan atlet–atlet yang berprestasi. Untuk kegiatan
ekstakurikuler tersebut dibutuhkan penanganan guru yang professional juga dukungan
moril, materil serta dukungan dari berbagai intansi terkait.
Sehubungan dengan itu, dalam upaya pemberdayaan guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani, perlu diadakan pelatihan untuk memberikan wawasan, pengalaman dan pengetahuan ilmu kepelatihan perlu dilakukan dengan pengembangan kompetensi. Ilmu pendidikan jasmani dan melatih memiliki norma-norma dan prinsif yang sama. Keduanya sama tetapi memiliki tujuan yang berbeda, ilmu melatih berorientasi pada ukuran yang telah ditetapkan, seperti rekor, jarak, berat, kemenangan dan kekalahan sedangkan ilmu Pendidikan Jasmani berorientasi pada anak didik. Anak didik menjadi sentral dari pengembangan program pembelajaran.
Sehubungan dengan itu, dalam upaya pemberdayaan guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani, perlu diadakan pelatihan untuk memberikan wawasan, pengalaman dan pengetahuan ilmu kepelatihan perlu dilakukan dengan pengembangan kompetensi. Ilmu pendidikan jasmani dan melatih memiliki norma-norma dan prinsif yang sama. Keduanya sama tetapi memiliki tujuan yang berbeda, ilmu melatih berorientasi pada ukuran yang telah ditetapkan, seperti rekor, jarak, berat, kemenangan dan kekalahan sedangkan ilmu Pendidikan Jasmani berorientasi pada anak didik. Anak didik menjadi sentral dari pengembangan program pembelajaran.
5.
Metode Pengenalan Bakat
Berbagai
macam metode yang dapat dipergunakan untuk mengenal bakat seseorang, tetapi
pada prinsipnya ada dua metode yang paling mendasar untuk perlu kita ketahui
sebagai teacher physical education sebagai berikut:
1.
Seleksi alamiah; seleksi ini dianggap sebagai
pendekatan normal dengan cara alamiah dalam mengembangkan kemampuan seorang
atlet dalam olahraga. Mengasumsikan bahwa seorang atlet yang mendaftar pada
cabang tertentu sebagai hasil dari pengaruh local (tradisi sekolah, keinginan
orang tua, atau teman seusia). Sehingga evolusi kemampuan seorang atlet
ditentukan oleh seleksi alamiah yang tergantung pada berbagai factor,
individual, kebetulan seorang atlet mengambil cabang yang sesuai dengan
bakatnya. Karena itu sering terjadi perkembangan kemampuan atlet sangat lambat,
diakibatkan karena pemilihan cabang olahraga yang tidak sesuai.
2.
Seleksi ilmiah; adalah suatu metode yang digunakan
pelatih dalam memilih anak-anak prospektif yang telah menunjukkan kemampuan
alami pada cabang olahraga tertentu. Jadi dibandingkan dengan individu yang
diidentifikasi melalui metode alamiah, waktu untuk mencapai tingkat kemampuan
yang tinggi bagi mereka yang terseleksi secara ilmiah lebih pendek. Untuk
cabang-cabang olahraga yang membutuhkan tinggi atau berat tertentu (bola basket,
sepakbola, mendayung, cabang-cabang lempar) seleksi ilmiah sangat dianjurkan.
Hal yang sama pada cabang yang membutuhkan kecepatan, waktu reaksi, koordinasi
dan tenaga (judo, sprint, hokey, cabang-cabang lompat pada atletik) . Dengan
bantuan ilmuan olahraga, kualifikasi tersebut dapat terdeteksi. Sebagai hasil
dari tes ilmiah, individu-individu yang berbakat terseleksi secara ilmiah atau
diarahkan pada cabang olahraga yang sesuai.
3.
Kriteria Pengenalan Bakat Atlet yang berkemampuan
tinggi mempunyai profil biologis yang spesifik, kemampuan biomotorik yang
tinggi dan sifat fisiologis yang kuat. Ilmu tentang pelatihan telah mengalami
kemajuan yang pesat pada decade terakhir yang menjadi sebab peningkatan
kemampuan atlet yang konstan, peningkatan lain dalam bidang kuantitas dan
kualitas pelatihan.
Meskipun demikian jika seseorang yang menekuni olahraga memiliki kekurangan secara biologis atau lemah dalam hal-hal yang diperlukan dalam suatu cabang olahraga, meskipun mendapatkan latihan yang lebih, tidak akan bias menutupi kelemahan alami pada cabang olahraga itu. Karena itulah pengenalan bakat secara ilmiah merupakan hal yang urgen untuk penampilan kemampuan atlet yang tinggi (peack performance). Mereka yang tidak terpilih tidak diabaikan, mereka dapat ikut dalam program-program rekreasi dimana mereka dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya, bahkan bisa ikut dalam kompetisi.
Meskipun demikian jika seseorang yang menekuni olahraga memiliki kekurangan secara biologis atau lemah dalam hal-hal yang diperlukan dalam suatu cabang olahraga, meskipun mendapatkan latihan yang lebih, tidak akan bias menutupi kelemahan alami pada cabang olahraga itu. Karena itulah pengenalan bakat secara ilmiah merupakan hal yang urgen untuk penampilan kemampuan atlet yang tinggi (peack performance). Mereka yang tidak terpilih tidak diabaikan, mereka dapat ikut dalam program-program rekreasi dimana mereka dapat memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya, bahkan bisa ikut dalam kompetisi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah
proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional. Adapun tujuan Pendidikan
Jasmani adalah meningkatkan dan mengembangkan berbagai fungsi keterampilan
gerak dasar dan kemampuan jasmani. Keterampilan gerak olahraga merupakan gerak
yang kompleks-multipleks sehingga untuk itu dibutuhkan kemampuan gerak yang
prima Pengembangan keterampilan gerak dasar dan kemampuan jasmani yang sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan secara multilateral sesuai usia
anak didik dapat menjadi landasan bagi pengembangan keterampilan gerak
olahraga. Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk
gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika
digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan
menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis
tanpa ada tujuan kependidikan.
Melalui Olahraga dapat dengan mudah
ditunjukkan betapa terbatasnya kemampuan manusia, betapa perlu kita memelihara
lingkungan hidup kita, betapa banyak hal yang di luar kemampuan akal manusia
dan betapa perlu kita mencegah kerusakan dan perbuatan-perbuatan yang dapat
menimbulkan kerusakan di muka bumi. Kesejahteraan jasmaniah ditingkatkan dengan
Olahraga Kesehatan, untuk meningkatkan derajat Kesehatan dinamis, sehingga
orang bukan saja sehat dikala diam (Sehat statis) tetapi juga sehat serta
mempunyai kemampuan gerak yang dapat mendukung setiap aktivitas dalam peri kehidupannya
sehari-hari (Sehat dinamis).
Dengan
pendidikan jasmani anak akan mempunyai bakat yang kemudian di salurkan menjadi
prestasi dengan latihan rutin dan pembinaan dari guru.untuk
mencapai jenjang prestasi tinggi diperlukan sistem pembibitan yang bagus. Tanpa
pembibitan yang tersistem dengan baik maka tahap pencapaian prestasi tidak akan
tercapai dengan baik. Sistem Pembibitan yang baik adalah system pembibitan yang
mampu memberikan pondasi yang kuat untuk menuju ketahap selanjutnya yaitu
spesialisasi yang selanjutnya secara berkelanjutan dibina menjadi prestasi
tingkat tinggi.
B. SARAN
Agar Pendidikan Jasmani di Sekolah dapat
lebih berperan dalam mengoptimalkan bakat demi
pencapaian prestasi yang tinggi pada anak didik sebaiknya guru memahami masing-masing
peserta didiknya beserta bakatnya, kemudian memberikan solusi bagi siswa yang
mempunyai bakat berupa pelatihan-pelatihan olahraga sehingga menjadikan anak
ber-prestasi melalui bimbingan dengan bakat yang dimilikinya.
DAFTAR
PUSTAKA
4.
http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a22ad6b1&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE'
target='_blank'><img
5.
http://eriyantoni.blogspot.com/2010/09/identifikasi-bakat-olahraga.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar